Jembatan Teluk Kendari (JTK), yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 22 Oktober 2020, adalah simbol kemajuan bagi masyarakat Kota Kendari dan Kabupaten Konawe.

Dengan biaya pembangunan Rp. 804 miliar, jembatan ini memangkas waktu tempuh penyeberangan dari 30-50 menit menjadi hanya 5 menit, memperlancar mobilitas kendaraan logistik dan kebutuhan sehari-hari masyarakat.

Manfaatnya sangat jelas: aksesibilitas antar kawasan meningkat, produktivitas masyarakat terdongkrak. Namun, di balik keberhasilan ini, ada bayang-bayang kelam yang tak bisa diabaikan yakni maraknya kasus bunuh diri di jembatan ini. Tentu hal ini menimbulkan rasa prihatin yang mendalam.

Belakangan, media sosial diramaikan video viral yang memperlihatkan aksi percobaan bunuh diri di JTK. Beberapa berakhir tragis dengan korban meninggal dunia, sementara lainnya berhasil dicegah oleh Satpol PP.

Fenomena ini bukan sekadar peristiwa sporadis, melainkan sinyal darurat bahwa keamanan jembatan ini perlu perhatian serius. Ironisnya, jembatan yang dibangun untuk memudahkan kehidupan justru menjadi saksi bisu keputusasaan sebagian masyarakat.

Pemerintah Kota Kendari tampaknya belum bergerak cukup cepat untuk menangani masalah ini, dan pendekatan yang ada seperti pemasangan spanduk atau baliho berisi himbauan terasa seperti setengah hati. Himbauan pasif ini jelas tak efektif menghentikan niat seseorang yang tenggelam dalam keputusasaan.

Langkah Nyata yang Mendesak

Untuk menjadikan JTK aman dan nyaman bagi semua, Pemerintah Kota Kendari harus bergerak lebih progresif. Pertama, koordinasi dengan pihak kepolisian, termasuk Satuan Lalu Lintas, Satuan Reskrim, Babinkamtibmas, dan Satpol PP, harus diperkuat untuk membentuk sistem pengawasan yang terintegrasi.

Pos penjagaan permanen di kedua ujung jembatan, dilengkapi kamera CCTV dan pengeras suara, bukan lagi opsi, melainkan kebutuhan mendesak. CCTV dapat memantau aktivitas mencurigakan secara real-time, sementara pengeras suara bisa digunakan untuk memberikan peringatan langsung kepada siapa pun yang berhenti atau bertindak tidak wajar di jembatan.

Larangan keras untuk pejalan kaki melintasi JTK juga perlu ditegakkan, mengingat banyak kasus bunuh diri dilakukan dengan cara melompat dari jembatan ini.

Selain infrastruktur keamanan, pendekatan humanis tak kalah penting. Patroli rutin oleh petugas yang terlatih, respons cepat terhadap laporan, dan pendekatan yang empati kepada individu yang tampak bermasalah bisa menyelamatkan nyawa.

Pemerintah juga perlu melibatkan Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan, khususnya rumah sakit jiwa atau layanan kesehatan mental, untuk melakukan sosialisasi intensif. Kampanye ini harus menjangkau masyarakat luas, menekankan bahwa bunuh diri bukan solusi dan bahwa bantuan profesional tersedia.

Mengumpulkan data insiden secara sistematis juga krusial untuk merancang strategi pencegahan yang lebih terarah dan efektif.

Sayangnya, respons pemerintah selama ini terkesan lamban dan kurang inovatif. Baliho dan spanduk mungkin mudah dipasang, tapi tak cukup kuat untuk menghentikan seseorang yang sudah di ambang keputusasaan.

Keamanan JTK bukan hanya soal mencegah kecelakaan lalu lintas, tetapi juga melindungi nyawa dari ancaman yang lebih kompleks seperti krisis mental. Jika pemerintah ingin JTK tetap menjadi simbol kemajuan, bukan tempat duka, makalangkah konkret harus segera diambil.

Keamanan yang lebih ketat, pengawasan berbasis teknologi, dan pendekatan humanis adalah kunci untuk memastikan jembatan ini benar-benar melayani masyarakat, bukan menjadi panggung tragedi.

Jembatan Teluk Kendari adalah aset berharga yang telah mengubah wajah konektivitas di Sulawesi Tenggara. Namun, tanpa keamanan yang memadai, manfaatnya bisa ternodai oleh tragedi yang sebenarnya bisa dicegah.

Pemerintah Kota Kendari harus bertindak cepat, tegas, dan terkoordinasi untuk menjadikan JTK tempat yang aman bagi semua. Masyarakat berhak mendapatkan jembatan yang tidak hanya memudahkan perjalanan, tetapi juga menjaga harapan hidup mereka.

Jangan biarkan JTK menjadi monumen keputusasaan, jadikanlah simbol kehidupan yang lebih baik.