PENGUSAHA TAMBANG MEMIMPIN DAERAH TAMBANG

PENGUSAHA TAMBANG MEMIMPIN DAERAH TAMBANG

by :

 ENI SAMAYATI

 

Lahirnya demokrasi dengan tujuan untuk mewujudkan Masyarakat yang adil dan makmur, tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 ini juga yang menjadi cita-cita para pendiri bangsa yang kemudian sampai hari ini kata-kata adil dan Makmur masih menjadi misteri. Pesta demokrasi yang selalu ditunggu-tunggu setiap lima tahun begitu banyak pengorbanan waktu dan financial menjadi taruhan para kontestan, dimana para kontestan baik calon Legislatif maupun Calon Kepala Daerah akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

Latar belakang para kontestan tidak menjadi soal asal mesin penggerak bisa berjalan, janji-janji bertebaran di pohon-pohon maupun di papan reklame, dari beberapa pasangan calon pemilihan Kepala Daerah menyisakan satu pasangan calon yang mendapat suara terbanyak dari rivalnya.

Kini saatnya menikmati hasil dari pesta demokrasi, janji-janji politik paslon terpilih apakah akan ditunaikan atau tidak itu tergantung situasi dan kondisi.

Sumber daya alam kita yang melimpah jika selama ini dikelola dengan baik maka tidak akan lagi ada janji-janji dengan kata Sejahtera, dimana tidak para pengusaha mengolah sumber daya alam dengan cara apapun ditempuh guna mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Sumber daya alam melimpah tapi bukan berarti seluruh Masyarakat di wilayah itu akan Sejahtera karena yang difikirkan para pengusaha bagaimana mendapat keuntungan berlimpah, adapun dampak dari pengerukan Masyarakatlah yang menikmatinya.

Pilihan rakyat sudah ditentukan dan dilegitimasi semua pihak, persoalan demi persoalan menjadi PR untuk pemimpin baru, yang menjadi pertanyaan jika salah satu sumber masalah menjadi garda terdepan dalam menyelesaikan masalah bagaimana ending dari masalah tersebut, Kita tunggu hasilnya.

Usaha pertambangan sangat menggiurkan banyak pihak, keuntungan yang didapat sangat menjanjikan bahkan harus menjual Nurani demi cuan karena dalam bisnis tidak mengenal saudara maupun teman yang ada hanya cuan. Kini Sulawesi Tenggara menjadi mercusuar pencari cuan ketika sampai dan sudah mendapatkan tujuannya maka akan segera ditinggalkannya.

Pelanggaran tak terelakan tapi selalu diabaikan demi kepentingan bersama, para buru tani memeras keringat dengan susah payah baru mendapat sepiring makanan, disisi lain para pengusaha tamak hanya bermodal tanda tangan bisa mendapat keuntungan Rp. 5,7 Triliun di Blok Mandiodo, jika uang itu di berikan untuk Masyarakat maka tidak akan lagi ada anak-anak yang tidak bersekolah karena tidak membayar SPP. Para penerima uang panas itu sedikitpun tak merasa berdosa, sampai saat ini mereka melenggang dengan penuh percaya diri.

Jika menjadi pengusaha sudah tidak tersentuh hukum apalagi jika sudah menjadi pemegang tongkat eksekutif pondasinya sudah sangat kuat untuk digerakan, jadi jangan mimpi para aktivis walau demo berkali-kali hanya akan membuang energi dengan percuma.

Kewajiban Ratusan Perusahaan jika ditunaikan akan sangat berdampak, tapi sayangnya yang seharusnya dana CSR mengalir kemasyakat sekitar itu hanya mengalir beberapa kantong pemegang kebijakan. Keserakahan para eksekutif menjadikan lahan bagi dirinya dan kelompoknya.

Rumor pembukaan penambangan dengan istilah “KORIDOR” menguntungkan banyak pihak tapi merugikan Negara karena semua proses yang dilakukan para penambang tidak melakukan sesuai prosedur. Para aktivis dan penegak hukum hanya tutup mata. Sangat ironi Negeri yang kaya akan SDA dan SDM tapi bisa dibisukan dalam lingkungannya. Sumber daya manusia Sulawesi Tenggara tidak kalah dari daerah lain, begitu banyak ahli pada bidang-bidang Ilmu pengetahuan hanya saja tidak berdaya dengan kekuasaan.

Hastag “INDONESIA GELAP” tidak muncul begitu saja akan tetapi kekecewaan dan ketikpercayaan Masyarakat terhadap penyelenggara negara sudah pada titik puncaknya, bagi mereka yang masih merasa kenyang tidak merasakan bagaimana keringat terperas dalam terik matahari.

Jika berharap hadirnya pemimpin baru akan menjadi harapan rakyat dalam penyelesaian persoalan yang carut marut, bagaimana bisa menyelesaikan persoalan jika didirinya belum selesai. Karena seharusnya Seorang pemimpin seyogyanya sudah selesai dengan dirinya sendiri baik dari segi financial maupun lingkungannya agar setelah mendapat amanah dari rakyat bisa menjalankan pemerintahan dengan prinsip good governance.

Ketika teriakan para Demontran bisa ditutupi dengan senyuman maka jari akan tetap bergerak dari huruf ke huruf untuk merangkai kata agar bisa tersampaikan lewat dunia maya. Jika mulut para pencari keadilan bisa dibungkam maka jari jangan sampai ikut dikunci dengan lingkaran besi.

  • ENI SAMAYATI

    Focus pada pembangunan sumber daya manusia dan isu-isu lingkungan

    Related Posts

    Mantan Aktivis Nasional Dorong Pembatasan Freedom of Contract dalam Kontrak Media DPRD Konawe

    Konawe – Dua Satu News.  Isu kontrak media di lingkungan DPRD Konawe kembali menjadi sorotan. Mantan aktivis nasional 2009 yang turut terlibat dalam aksi besar Bail-Out Bank Century, Mubarak, menegaskan…

    Forum Mahasiswa Mengadukan CV. Yulan Pratama ke Mabes POLRI dan KeJaksaan Agung

    Jakarta- Dua Satu News. Forum mahasiswa Sultra-Jakarta melakukan aksi unjuk rasa di kejaksaan agung RI dan Mabes Polri pada (rabu, 11 Juni 2025). Aksi ini menyoroti CV. Yulan Pratama yang…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *